Salah
satu jenis dzikir yang sangat dianjurkan untuk diperbanyak dan
dikerjakan secara rutin adalah istighfar. Istighfar adalah meminta
ampunan kepada Allah dengan mengucapkan doa atau dzikir yang menunjukkan
pengakuan atas dosa yang kita perbuat, dengan harapan Allah akan
memaafkan dan mengampuni dosa tersebut.
Keutamaan istighfar antara lain dijelaskan dalam sebuah hadits berikut ini, oe
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ
كُلِّ هُمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ “
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa
yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya
kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari
segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah
yang tidak ia sangka-sangka.” (HR.
Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan
Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra no. 10665)
Makna hadits:
- Barangsiapa yang senantiasa beristighfar:
Barangsiapa yang senantiasa beristighfar dalam segala kondisi atau
meminta ampunan Allah setiap kali melakukan kemaksiatan atau menghadapi
musibah.
- niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya:
Allah akan menghilangkan segala kesedihan dan kegalauan yang
menyempitkan jiwanya, dan menggantikannya dengan kelapangan dada dan
kebahagiaan.
- jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya: Allah akan memberikan solusi dan jalan keluar atas segala kesempitan dan problematika kehidupan yang sedang ia alami.
- dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka: Allah memberinya rizki dengan cara yang tidak pernah ia duga dan pikirkan sebelumnya. (Syamsul Haq ‘Azhim Abadi, ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, 4/267)
Para
ulama menyatakan bahwa sanad hadits di atas lemah karena kelemahan
seorang perawi bernama Hakam bin Mush’ab. Meski demikian makna hadits di
atas adalah benar dan dikuatkan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan banyak
hadits shahih.
Imam Mulla Ali Al-Qari Al-Harawi (wafat tahun 1014 H) menyatakan bahwa hadits di atas bersumber dari firman Allah Ta’ala:
وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ
لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ
اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
“Dan
barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikannya
untuknya jalan keluar dan Allah akan memberinya rizki dari arah yang
tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa berserah diri kepada Allahs emata
niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
kehendak-Nya. Dan Allah telah menetapkan ketentuan atas segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3)
Makna hadits di atas juga ditegaskan oleh firman Allah melalui lisan nabi Hud ‘alaihis salam:
وَيَا
قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ
وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
“Wahai
kaumku, mintalah ampunan Rabb kalian kemudian bertaubatlah kalian
kepada-Nya, niscaya Dia mengirimkan dari langit hujan yang deras kepada
kalian dan menambahkan kekuatan atas kekuatan kalian, dan janganlah
kalian berpaling dengan menjadi orang-orang yang banyak berbuat dosa.” (QS. Hud [11]: 52)
Juga firman Allah melalui lisan nabi Nuh ‘alaihis salam:
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ
وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)
Maka aku katakan kepada kaumku: “Mintalah ampunan Rabb kalian karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan
dari langit hujan yang deras kepada kalian, mengaruniakan kepada kalian
limpahan harta dan anak-anak, menjadikan untuk kalian kebun-kebun dan
menjadikan untuk kalian sungai-sungai.” (QS. Nuh [71]: 10-12)
Salah
satu ciri hamba-hamba Allah yang shalih dan meraih surga adalah banyak
beristighfar, terlebih pada sepertiga malam yang terakhir, sebagaimana
dijelaskan dalam surat Ali Imran [3]: 17 dan Adz-Dzariyat [51]: 18.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sendiri telah member tauladan
kepada umatnya dengan beristighfar minimal sebanyak 70 kali dalam sehari
semalam. Maka sudah selayaknya bagi kita untuk menjadikan istighfar
sebagai bagian penting dalam hidup kita sehari-hari. Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhib almajdi/arrahmah.com)
0 komentar:
Posting Komentar